Jumaat, 3 Ogos 2012

Adakah Sejarah Akan Berulang Di Malaysia...Iktibar Dari Sejarah Perang Jamal dan Perang Shiffin..



                              " Siapa Serang Siapa...??? "



Sejarah Ringkas Perang Jamal dan Perang Shiffin

Suatu Strategi Munafiquun Memecah belah Para Sahabat Radhiyallahu ‘Anhum

Ketika terjadi fitnah pada pemerintahan Khalifah Utsman bin Affan ra., Abdulah
bin Saba’ dan kaumnya mendatangi Ali bin Abi Thalib ra. dan kemudian
memprovokasinya untuk menggantikan Utsman bin Affan ra.  Namun Ali bin Abi
Thalib ra. menolak provokasi tersebut bahkan kemudian membunuh sebahagian
pengikut Abdullah bin Saba’ namun Abdullah bin Saba’ sendiri berhasil melarikan
ke Mesir.

Ketika berada di Mesir dia bertemu dengan beberapa kaum munafiquun untuk
merencanakan suatu rancangan jahat  yang hebat.  Kemudian dengan pengaruhnya, Abdullah bin
Saba’ berhasil membuat helahan untuk memburukan pemerintahan Utsman bin Affan ra
di Madinah. sehingga beberapa orang kaum muslimin terpengaruh oleh cerita yang
disebarkan oleh Abdullah bin Saba’ tersebut.

Setelah dirasakan banyak kaum muslimin yang terpengaruh olehnya maka Abdullah
bin Saba’ berangkat ke madinah beserta rombongannya menuju Madinah.
Sesampainya Madinah Abdullah bin Saba’ dan rombongannya membuat fitnah yang
besar terhadap Khalifah Utsman bin Affan.

Kerana hebatnya fitnah itu dan juga disebarkan oleh rombongan Abdullah bin
Saba’ yang besar jumlahnya maka sebagian sahabat radhiyallahu ‘anhum
terpengaruh oleh ucapan kaum munafiquun tersebut sampai – sampai putra Khalifah
pertama yaitu Abdurrahman bin Abu Bakar Ash Shiddiq mendatangi Khalifah Utsman
bin Affan ra. dengan marah dan menarik janggutnya.

Dan pada kemuncaknya kaum munafiquun dan sebagian kaum muslimin yang baik yang
Terpengaruh oleh ucapan Abdullah bin Saba’ dan pengikutnya mengepung rumah
Utsman bin Affan ra. kemudian membunuhnya.

Setelah meninggalnya Utsman bin Affan ra. maka kaum munafiquun dan sebahagian
sahabat serta kaum muslimin yang lain membaiat Ali bin Abi Thalib ra. sebagai
Khalifah berikut.  Kemudian munculah fitnah yang menyebabkan sahabat berpecah
belah yaitu tentang hukuman bagi para pembunuh Utsman bin Affan ra.

Sahabat radhiyallahu’anhum terpecah menjadi 2 kubu yaitu kubu Ali bin Abi
Thalib ra. dan kubu ‘Aisyah ra., Mu’awiyyah ra., Thalhah ra., Zubair ra dan
lainnya. Kubu ‘Aisyah ra dan sahabat lainnya menuntut disegerakannya hukuman
Qisas bagi pembunuh Utsman bin Affan ra.  Namun Khalifah Ali bin Abi Thalib
ra. menundanya karena 2 Ijtihad, pertama negara dalam keadaan kacau sehingga
perlu ditertibkan dahulu dan yang kedua pembunuh Utsman bin Affan ra. sebagian
adalah munafiquun dan sebagian lagi kaum muslimin yang baik yang termakan
provokasi, maka Ali bin Abi Thalib ra. membutuhkan kepastiannya.

Namun ‘Aisyiah ra., Thalhah ra., Zubair ra., dan sahabat nabi yang lain tetap
pada Ijtihadnya yaitu menuntut Ali bin Abi Thalib ra untuk menyegerakan hukuman
qishas terhadap para pembunuh Utsman bin Affan ra.

Akhirnya setelah masing – masing sahabat Nabi tersebut membawa pasukan dan siap
untuk berperang, lalu kemudian Ali bin Abi Thalib ra. sepakat dengan pihak
Aisyah ra. dan menyetujui untuk menyegerakan hukuman Qisas terhadap para
pembunuh Utsman bin Affan ra.  Rupanya kesepakatan Ali dengan kubu ‘Aisyah ra.
memberi keresahan pada kaum munafiquun yang dipimpin oleh Abdullah bi Saba

Pada malam harinya (Perang Jamal berlangsung pada malam hari) kaum munafiquun
menyusup ke barisan sahabat Thalhah ra. dan Zubair ra. dan melakukan
penyerangan mendadak.  Karena merasa diserang maka kubu Thalhah ra. dan Zubair
ra  menyerang balas  ke pasukan Ali bin Abi Thalib ra dan perang besar pun tidak dapat dielakkan.  Perang ini disebut Perang Jamal dan berakhir dengan kemenangan
Ali bin Abi Thalib ra. dan meninggalnya 2 orang sahabat yang dijamin masuk
syurga yaitu Thalhah ra. dan Zubair ra.

Sahabat  Nabi’Muawiyyah ra. yang pada waktu itu menjadi Gabanor di Damsyik
menggerakan pasukannya menuju Madinah dengan tuntutan yang sama yaitu
menyegerakan Qisas pembunuh Utsman bin Affan ra. 

Kerana keadaan yang masih tidak tenteram Ali bin Abi Thalib ra. tidak dapat memenuhi
tuntutan tersebut lalu terjadilah perang yang berikutnya yang dikenal dengan
nama Perang Shiffin yang berakhir dengan gencatan senjata meskipun pada waktu
itu Ali bin Abi Thalib ra. hampir memenangi  perperangan  tersebut.  Lalu
Muawiyyah ra. kembali ke Damsyik dan tetap menolak membaiat Ali bin Abi
Thalib ra. sebagai Khalifah (Lalu sebagian kaum muslimin membaiat Muawiyyah
ra. sebagai Amirul Mukminin)

Dan pada itu negara Islam terbahagi 2 yaitu Ali bin Abi Thalib ra di Madinah dan
Muawiyyah ra. di Damsyik. Dalam situasi ini ada sebahagian kecil kaum
muslimin yang tidak puas kepada keduanya, dan kaum muslimin yang tidak puas
kepada  Ali ra. dan Muawiyyah ra. mereka membentuk firqah baru (inilah firqah
pertama dalam Islam, disusul Syiah, Mu’tazilah, Murji’ah, Jahmiyyah,
Qadariyyah, Jabariyyah dan lain sebagainya) yang disebut sebagai Khawarij dan
mereka mengkafirkan kedua sahabat nabi tersebut.

Lalu kaum Khawarij mengutus pembunuh kepada keduanya, namun qadarullah hanya
Ali bin Abi Thalib ra yang terbunuh, sedangkan cubaan bunuh terhadap
Muawiyyah ra. dapat digagalkan.

P/S :
Banyak hikmah yang dapat dipetik, namun salah satu hikmah yang dapat dipetik
dari peristiwa tersebut adalah :

 Dilarang untuk menimbulkan provokasi ,menegur dan
memfitnah pemimpin  muslim secara terang  - terangan sehingga banyak orang yang
tanpa memeriksa dahulu kebenaran yang ada, termakan dengan provokasi,
dan fitnah yang kesemuanya itu akan berakibat pada kekacauan dan kehancuran ummah. 

Maka dari itu Rasulullah SAW pernah bersabda (dari sahabat Iyadh bin Ghunaim
ra.),”Barang siapa hendak menasihati pempimpin  maka janganlah secara terang –
terangan, melainkan ambil tangannya dan berdua dengannya.  Apabila ia
menerimanya maka itu adalah untukmu, kecuali apabila ia enggan maka apa yang
ada padanya adalah baginya sendiri” (HR Ahmad, hadits hasan) dan pada hadits
yang lain Rasulullah juga bersabda;

Dari Ummul Mukminin Ummu Salamah Hindun binti Abu Umayyah ra dari Nabi SAW
beliau bersabda, ”Sesungguhnya akan diangkat untuk kalian beberapa pempimpin  dan
kalian akan mengetahui kemunkarannya.  Maka siapa saja yang benci bebaslah ia,
dan siapa saja yang mengingkarinya, maka selamatlah ia, tetapi orang yang
senang dan mengikutinya maka tersesatlah ia” Para sahabat bertanya, “Apakah
tidak sebaiknya kita memerangi mereka ?” Beliau bersabda, “Jangan ! Selama
mereka masih mengerjakan solat.  (HR. Muslim)

Maka dari itu Usamah bin Zaid ra. ketika menasehati Khalifah Islam Utsman bin
Affan dilakukannya dengan secara diam – diam sebagaimana atsar sahabat berikut
ini :

Dari Ubaidilah bin Khiyar berkata, “Aku mendatangi Usamah bin Zaid ra. dan aku
katakana kepadanya, ‘Mengapa engkau tidak menasihati Utsman bin Affan untuk
menegakan hukum had atas Al Walid ?’.  Maka Usamah bin Zaid ra. menjawab,
Apakah kamu mengira aku tidak menasihatinya kecuali harus dihadapanmu ? demi
Allah, sungguh aku telah menasihatinya secara sembunyi – sembunyi antara aku
dan ia saja.  Dan aku tidak ingin membuka pintu kejelekan dan aku bukanlah
orang yang pertama kali membukanya” (HR. Bukhari dan Muslim)

Wallahulam...

Tiada ulasan:

Catat Ulasan